Penelitiangeografi berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 3, yaitu penelitian eksploratif, penelitian, deskriptif, dan penelitian eksplanatif. Agar kamu lebih mudah memahami ketiga jenis tujuannya, aku akan bahas tentang pelangi yang sebelumnya sudah aku singgung ya, hehe. Penelitian eksploratif bertujuan untuk mendalami atau mengembangkan dasar Sekarang ini, masalah sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang sangat serius. Sampah yang menumpuk di berbagai wilayah di Indonesia menyebabkan berbagai masalah, seperti banjir, pencemaran udara, dan kesehatan masyarakat yang terganggu. Oleh karena itu, penelitian geografi tentang sampah menjadi sangat penting untuk dilakukan. Dalam artikel ini, akan dibahas contoh makalah penelitian geografi tentang sampah. Pendahuluan Penelitian geografi tentang sampah dapat membantu kita untuk memahami masalah sampah secara lebih mendalam. Penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode geografi, seperti pemetaan, analisis spasial, dan analisis data statistik. Dalam makalah ini, penulis akan membahas contoh makalah penelitian geografi tentang sampah. Penelitian ini bertujuan untuk memahami masalah sampah di wilayah tertentu, seperti kota atau desa. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah, seperti tingkat pendapatan, jumlah penduduk, dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah. Dengan mengetahui faktor-faktor ini, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah sampah. Dalam makalah ini, penulis akan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik dan Dinas Lingkungan Hidup. Data-data ini akan dianalisis dengan menggunakan metode-metode geografi, seperti pemetaan, analisis spasial, dan analisis data statistik. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian, sebaiknya kita melakukan tinjauan pustaka terlebih dahulu. Tinjauan pustaka dapat membantu kita untuk memahami penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan tentang masalah sampah. Dalam tinjauan pustaka ini, penulis akan membahas beberapa penelitian terdahulu tentang masalah sampah. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Soeparno 2010 mengenai pengelolaan sampah di kota Surabaya. Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di kota Surabaya adalah tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengelolaan sampah yang baik dapat mengurangi dampak negatif dari produksi sampah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suryadi 2015 mengenai pengelolaan sampah di desa-desa di Jawa Tengah. Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di desa-desa adalah tingkat pendidikan dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah. Penelitian ini juga menemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat penting untuk menyelesaikan masalah sampah di desa-desa. Metode Penelitian Dalam penelitian geografi tentang sampah, metode penelitian yang digunakan adalah metode-metode geografi, seperti pemetaan, analisis spasial, dan analisis data statistik. Metode-metode ini digunakan untuk memahami masalah sampah secara lebih mendalam dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah. Pertama-tama, penulis akan melakukan pemetaan produksi sampah di wilayah yang diteliti. Pemetaan ini dilakukan dengan menggunakan software pemetaan, seperti ArcGIS atau QGIS. Pemetaan ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang distribusi produksi sampah di wilayah yang diteliti. Selanjutnya, penulis akan melakukan analisis spasial untuk memahami hubungan antara produksi sampah dengan faktor-faktor lingkungan, seperti topografi, iklim, dan jenis tanah. Analisis spasial ini dilakukan dengan menggunakan software analisis spasial, seperti IDRISI atau GRASS. Analisis spasial ini akan memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di wilayah yang diteliti. Terakhir, penulis akan melakukan analisis data statistik untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah. Analisis data statistik ini dilakukan dengan menggunakan software analisis data statistik, seperti SPSS atau R. Analisis data statistik ini akan memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di wilayah yang diteliti. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di wilayah yang diteliti adalah tingkat pendapatan, jumlah penduduk, dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah. Produksi sampah cenderung lebih tinggi di wilayah dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan jumlah penduduk yang lebih banyak. Selain itu, produksi sampah juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah, seperti membuang sampah sembarangan atau memilah sampah organik dan non-organik. Dalam penelitian ini, penulis juga menemukan bahwa pengelolaan sampah yang baik dapat mengurangi dampak negatif dari produksi sampah. Pengelolaan sampah yang baik meliputi pengurangan, daur ulang, dan penanganan sampah yang aman. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah juga sangat penting untuk menyelesaikan masalah sampah di wilayah yang diteliti. Kesimpulan Penelitian geografi tentang sampah sangat penting untuk dilakukan karena dapat membantu kita untuk memahami masalah sampah secara lebih mendalam. Penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode geografi, seperti pemetaan, analisis spasial, dan analisis data statistik. Hasil penelitian dapat membantu kita untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah dan merancang strategi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah sampah. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di wilayah yang diteliti adalah tingkat pendapatan, jumlah penduduk, dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah. Pengelolaan sampah yang baik sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dari produksi sampah. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah juga sangat penting untuk menyelesaikan masalah sampah di wilayah yang diteliti. Navigasi pos Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya akan kiasan atau majas. Majas dapat membuat bahasa menjadi lebih hidup dan menarik. Salah… Menulis makalah merupakan salah satu tugas yang sering diberikan kepada mahasiswa. Makalah adalah sebuah tulisan yang berisi hasil penelitian atau… Contohlaporan hasil penelitian geografi tentang banjir. MAKALAH LAPORAN PENELITIAN GEOGRAFI MASALAH BANJIR YANG TERJADI DI IBUKOTA SERTA AKIBATNYA BAGI PENDUDUK JAKARTA DISUSUN OLEH. RIZKA RAMADHANIA X IIS 3 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 48 JAKARTA Jl. SamPDF SamPDF PENELITIAN GEOGRAFI Kelompok 3 - Sampah Sebagai Penyebab Banjir Halo. Kami
Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 110 Perilaku Membuang Sampah di Sungai dan Problem Lingkungan Pandangan Model Aktivasi Norma Arya Firdhana Fakih1*, Mochammad Sa’id2 1,2 Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang, Malang * Penulis Koresponden Arya Firdhana Fakih. Email Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 111 balasan satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat dari contoh kecil -yang apabila dibiarkan dapat menjadi permasalahan besar- yaitu terkait dengan perilaku membuang sampah di sungai. Bahkan menurut BPS atau Badan Pusat Statistik memperkirakan peningkatan data jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai ton. Sebagian besar dari sampah tersebut dibuang di sungai 58,2%, sedangkan 37,6% dibuang di TPA Tempat Pembuangan Akhir Kusminah, 2018. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai telah mengakibatkan peningkatan pencemaran air sungai yang notabene adalah sumber air bagi mereka sendiri. Perilaku tersebut juga dapat berdampak pada ekosistem sungai dan keberlanjutan kegunaannya bagi kehidupan manusia sendiri, seperti sumber pengairan sawah atau sumber air minum Irwandy dkk, 2018. Salah satu kasus pencemaran sungai adalah yang terjadi di Sungai Teluk Dalam Muzaidi dkk, 2018. Tercemarnya sungai ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat. Hal ini kemudian memicu produksi sampah, terutama limbah rumah tangga. Peningkatan jumlah penduduk dan produksi sampah ini ternyata tidak diimbangi dengan kearifan dalam pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap lingkungan. Hal inilah yang kemudian membuat masyarakat sekitar sungai menjadikan sungai sebagai peristirahatan terakhir limbah-limbah domestik mereka. Kasus lain adalah yang terjadi di Sungai Kaligarang, dimana pencemaran airnya semakin meningkat dari waktu ke waktu Sasongko, 2006. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai sangat bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan dan menyinggung nilai biosferik atau Nilai-nilai terkait antara lain menghormati bumi, mencegah pencemaran dan persatuan dengan alam Krajhanzl, 2010. Perilaku pro-lingkungan adalah perilaku manusia akan kesadarannya untuk meminimalisir pencemaran maupun dampak negatif kepada alam baik berupa konsumsi energi maupun sumber daya yang berlebihan, penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan, membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah beracun dimana – mana, dan sebagainya Kollmuss & Agyeman, 2002. Tujuan dari perilaku pro-lingkungan adalah memberikan solusi atau mengurangi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup yang ada Homburg & Stolberg, 2006. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa perilaku manusia terhadap lingkungan, yaitu membuang sampah di aliran sungai, menjadi sebuah permasalahan yang penting untuk dibahas. Pembahasan ini bertujuan agar tidak muncul dampak-dampak negatif lanjutan di masa depan akibat perilaku lingkungan yang keliru tersebut. Permasalahan ini perlu diatasi dengan menggunakan sudut pandang rasional dan ilmiah. Salah satunya adalah dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Berangkat dari argumen di atas, penulisan review literatur ini dilakukan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan, khususnya mengenai perilaku pro-lingkungan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang menyebabkan munculnya perilaku membuang sampah di aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model aktivasi Norma NAM. Secara garis besar, penerapan model aktivasi norma terhadap perilaku membuang sampah di aliran sungai menunjukkan jalan yang tepat untuk menemukan jawaban bagaimana individu atau kelompok melakukan perilaku tersebut. Mulai dari sisi ketidakadanya salah satu atau semua pemenuhan ketiga komponen dalam model aktivasi norma yang membuat individu atau kelompok tidak memenuhi perilaku pro-lingkungan, dan berakhir pada self-serving denial tentang bagaimana secara lebih mendalam menjelaskan individu atau kelompok tidak menerapkan perilaku pro- Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 112 lingkungan atau membuang sampah di aliran sungai. Selain itu, tulisan ini juga akan mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2. Kajian Literatur Model Aktivisi Norma NAM Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM merupakan salah satu teori yang sering digunakan dalam menganalisis faktor penyebab perilaku lingkungan individu Onwezen dkk, 2013. Secara keseluruhan, teori ini menegaskan bahwa individu akan mengorbankan kepentingan pribadinya untuk keuntungan kolektif orang lain, dan berakar pada perilaku altruistik Fang dkk, 2019 Pada mulanya teori ini muncul sebagai salah satu model yang sering digunakan dan pertama kali diusulkan pada tahun 1977 oleh Schwartz untuk menganalisis permasalahan perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Penggunaan Model NAM telah digunakan sebelumnya pada beberapa studi yang membahas perilaku pro-lingkungan dalam lingkup konteks transportasi umum, penggunaan energi, penerimaan dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Dengan penggunaan tiga hal atau variabel kunci pada model NAM ini menunjukkan bahwa dalam penelitian – penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa personal norms norma pribadi lah yang memiliki dampak penting. Dikarenakan kewajiban moral dan norma pribadi tiap individu dapat memprediksi dan menjadi pemicu untuk individu tersebut terlibat dalam perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Menurut teori NAM, individu akan menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki tiga hal Steg dkk, 2017; Fang dkk, 2019. Pertama, norma pribadi personal norms. Norma pribadi ini mengacu pada perasaan kewajiban moral untuk melakukan perilaku tertentu yang terkait dengan perilaku pro-lingkungan. Kedua, kesadaran akan konsekuensi awareness of consequences. Dalam hal ini individu menyadari konsekuensi merugikan dari tindakannya terhadap orang lain atau lingkungannya. Ketiga, rasa tanggung jawab ascription of responsibility. Dalam hal ini, individu akan lebih termotivasi untuk menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki perasaan pribadi bahwa ia ikut bertanggung jawab atas konsekuensi negatif dari perilakunya. Ketiga kerangka dalam NAM tersebut telah dilakukan dalam beberapa riset yang sudah dilakukan oleh berbagai penelitian. Salah satu penelitiannya yaitu dengan mengkaji faktor – faktor atau determinan perilaku pro-lingkungan pada pegawai pemerintahan pusat dan daerah di wilayah Taiwan menggunakan tiga kerangka NAM tersebut Fang dkk, 2019. Hasil yang didapatkan yaitu pada pegawai lingkungan pemerintah pusat maupun daerah menunjukkan bahwa norma pribadi memiliki dampak besar dalam memprediksi lingkungan yang pro-lingkungan. Hal ini disebabkan oleh seberapa jauh masyarakat meraih pendidikan dan pengetahuan lebih akan kesadaran pro-lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di daerah Fang dkk, 2019. Kemudian dalam aspek tanggung jawab dan kesadaran akan konsekuensi menunjukkan bahwa pegawai pemerintah cenderung memiliki keberhasilan dalam penerepan dua aspek ini. Namun sebaliknya, pada pegawai pemerintahan daerah menunjukkan bahwa kedua aspek ini sangat lemah baik dalam mengarahkan masyarakat maupun penerapannya terhadap perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Oleh karena itu dilakukan serangkain penyuluhan rutin, seminar, workshop, dan roadshow. Dalam serangkaian kegiatan tersebut memuat hal – hal yang dapat membuat pegawai pemerintahan daerah memberikan dan membangun kesadaran lebih akan perilaku pro-lingkungan dengan kesadaran dari ketiga aspek NAM. Selain itu, bentuk penerapan yang akan dilakukan diharapkan dapat meluas dalam Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 113 penerapannya di kebijakan – kebijakan yang akan dibuat atas program pelatihan lingkungan dasar yang diadakan Fang dkk, 2019 Namun demikian, dalam kenyataannya, pemenuhan tiga syarat perilaku pro-lingkungan di atas tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan individu seringkali dihadapkan pada konflik keputusan antara mementingkan kepentingan bersama pro-lingkungan atau kepentingan pribadinya merusak lingkungan Steg dkk, 2017. Konflik keputusan yang dihadapi individu tersebut disebabkan oleh adanya self-serving denial. Self-serving denial adalah penolakan terhadap kewajiban moral untuk berperilaku pro-lingkungan dalam rangka menjustifikasi perilaku merusak lingkungan yang dimunculkan. Self-serving denial dapat muncul dalam empat bentuk yang dapat menjelaskan bagaimana individu melakukan penyangkalan atau penolakan terhadap perilaku pro-lingkungan Steg dkk, 2017. Diantaranya yaitu 1. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena kurang jelasnya pembahasan dari beberapa permasalahan lingkungan. Kemudian orang – orang akan mencoba selektif terhadap berbagai penelitian maupun perdebatan dari para ahli terkait permasalahan tersebut yang memihak dirinya kepentingan dirinya sendiri untuk tidak pro lingkungan daripada kepentingan bersama pro-lingkungan 2. Seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran terhadap permasalahan lingkungan bahwa kontribusi dari dirinya tidak akan terlalu memberikan kontribusi lebih. Kemudian menyalahkan pihak ketiga yaitu kebijakan – kebijakan pemerintah, aktivitas industri dan lain sebagainya. 3. Individu cenderung bisa untuk melakukan peminimalisiran perilaku pro-lingkungan. Namun, individu memiliki beberapa argumen dimana fasilitas – fasilitas yang menunjang perilaku tersebut tidak memenuhi. Contohnya dapat dilihat dari percobaan untuk mengurangi polusi udara namun fasilitas yang disediakan kurang sesuai dengan konsumsi atau keinginan individu yakni transportasi umum. 4. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran bahwa hal yang akan ia lakukan tidak akan efektif. Pemikiran tersebut bisa bermuara pada pemikiran yang mengasumsikan bahwa masalah lingkungan merupakan masalah bersama commons dilemmas, apalagi kalau masalah yang dikaitkan dalam skala besar. Teori NAM diklaim tepat untuk digunakan dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang terkait dengan biaya perilaku yang relatif rendah dalam hal uang, waktu, atau usaha, seperti perilaku daur ulang Steg dkk, 2017. Di sisi lain, teori ini kurang kuat dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang lebih mahal dalam hal upaya, uang atau waktu, seperti mengurangi penggunaan mobil pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas, teori NAM sangat tepat digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah di aliran sungai. 3. Metode Review Literatur Literature Review Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode review literatur literature review. Review literatur adalah sebuah cara untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menghasilkan kesimpulan tertentu Snyder, 2019. Melalui review literatur, diharapkan dapat dihasilkan jawaban atas suatu pertanyaan penelitian yang tidak didapatkan melalui metode lain. Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 114 Sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penulisan artikel ini ada dua jenis. Pertama, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai teori Model Aktivasi Norma. Kedua, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai metode intervensi untuk mengatasi persoalan perilaku lingkungan. Kedua jenis sumber literatur tersebut digunakan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai yang menjadi fokus pembahasan tulisan 4. Hasil dan Pembahasan Faktor Penyebab Sungai adalah salah satu elemen penting lingkungan dalam kehidupan manusia. Bahkan di banyak wilayah, khususnya di pedesaan, sungai sering diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan masyarakatnya Yenrizal, 2016; Erliyani dkk, 2010. Dari situlah alasan mereka mendiami daerah sekitar sungai dan di situlah mereka bersandar. Di dalam sungai sendiri terdapat banyak sekali ekosistem baik hewan maupun tumbuhan di dalamnya. Banyak di antara masyarakat yang hidup di dekat aliran sungai memanfaatkan keberadaan sungai sebagai jalur transportasi dari desa ke desa lain, mengairi sawah, mandi, pengatur suhu tanah di sekitar aliran sungai, sumber air minum, dan sebagainya Yenrizal, 2016. Perilaku membuang sampah di aliran sungai, dalam kacamata teori NAM, dapat dianalisis berdasarkan 3 aspek penting yang menjadi faktor munculnya perilaku pro-lingkungan. Ketiga aspek tersebut adalah norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan analitis dari masing-masing aspek tersebut. Pertama adalah dari aspek norma pribadi. Individu cenderung tidak melihat aspek penting ini, dimana seharusnya ia memiliki perasaan akan kewajiban moral atas keberlangsungan lingkungan di sekitarnya yang dapat mendorong dirinya untuk berperilaku pro-lingkungan. Dan dalam konteks pembahasan, beberapa individu tidak melihat nilai – nilai positif atau negatif atas tindakan membuang sampah di aliran sungai. Ia mungkin melihat nilai positif atas tindakannya terhadap dirinya yang mana memudahkan ia untuk membuang sampah dengan mudah dan lingkungan disekitarnya akan menjadi bersih dan sehat. Namun, individu tersebut tidak melihat nilai positif jika ia membuang sampah pada tempatnya dan nilai negatif atas tindakannya membuang sampah di aliran sungai untuk keberlangsungan hidup lingkungan di masa depan. Kedua adalah dari aspek kesadaran akan konsekuensi. Apabila individu merasakan aspek kedua ini, maka ia akan merasakan dan menyadari akan konsekuensi berkelanjutan atas tindakan yang telah ia lakukan membuang sampah di aliran sungai yang berdampak pada dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Diantaranya yaitu pencemaran air bersih, perusakan ekosistem laut, polusi, peluapan air, air yang tercemar menimbulkan berbagai penyakit, dan lain sebagainya. Ketiga adalah dari aspek rasa tanggung jawab. Aspek terakhir ini dapat terwujud apabila individu memiliki kesadaran akan tanggung jawab untuk berperilaku pro-lingkungan bukan hanya dari sudut pandang “semua ini tanggung jawab bersama” namun juga memiliki pemikiran bahwa “perilaku pro-lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri, dan kontribusi yang dilakukan memberikan dampak lebih bukan hanya sedikit pada lingkungannya”. Hal ini ditujukan agar tiap individu memiliki rasa kepercayaan diri atas tanggung jawab yang ia dapat untuk selalu berperilaku pro-lingkungan dan tidak menyepelekan tanggung jawabnya dan tidak bersikap tak acuh terhadap perilaku ini. Selain melihat dari ketiga aspek faktor dari Model Aktivasi Norma, kita juga dapat melengkapi pemahaman mengenai perilaku membuang sampah di aliran sungi dengan menggunakan tiga faktor Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 115 psiko-ekonomis biaya, waktu, dan usaha. Ketiga faktor psiko-ekonomis ini turut berperan dalam memunculkan norma pribadi individu untuk berperilaku pro-lingkungan, yang dalam hal ini adalah untuk tidak membuang sampah di aliran sungai. Pertama adalah aspek biaya. Dari segi biaya, membuang sampah di sungai tentu lebih murah, bahkan gratis, apabila dibandingkan dengan mengelolanya melalui manajemen sampah atau daur ulang. Yang kedua adalah aspek waktu. Dalam proses pembuangan sampah, membuang sampah di aliran sungai terasa lebih efektif bagi individu daripada harus membuang pada tempat khusus atau mengelolanya. Hal ini dikarenakan tidak semua wilayah di dekat aliran sungai memiliki tempat pembuangan sampah yang relatif dekat. Bahkan sebaliknya, sungai justru menjadi salah satu elemen penting kehidupan masyarakat, termasuk sebagai tempat pembuangan sampah, karena jaraknya relatif dekat dengan mereka. Hal ini terutama banyak terjadi di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes-PDT, minim sekali tempat pembuangan sampah TPS di daerah pedesaan Rahadian, 2015. Dari data potensi desa PoDes, ada lebih dari 88 persen desa yang tidak memiliki TPS. Hal inilah salah satu pemicu atau penyebab terjadinya perilaku pembuangan sampah di aliran sungai. Aspek yang ketiga ialah usaha atau tenaga. Usaha atau tenaga individu dalam proses pembuangan sampah ke TPS, apalagi melakukan daur ulang, cukup jauh dan lebih menguras tenaga untuk mencapainya. Hal inilah yang membuat individu cenderung memilih membuang sampah di aliran sungai yang mana tidak perlu mengeluarkan usaha besar. Mendorong Perilaku Nyampah yang Pro-Lingkungan Solusi yang dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai adalah dengan menggunakan dua strategi, yaitu penegakan hukum legal measures dan penyediaan layanan yang berkualitas availability of quality service Steg dkk, 2017. Yang pertama adalah adanya penegakan hukum legal measures. Dalam hal ini sistem penegakan hukum terkait pelanggaran terhadap kelestarian lingkungan harus ditegakkan sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi. Sistem penegakan hukum ini tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dalam perumusan dan penerapannya. Dengan demikian, masyarakat diharapkan menjadi lebih tertib dan menaati aturan terkait perlakuan terhadap sampah agar tidak membuangnya di aliran sungai. Lambat laun pun akan muncul perilaku pro-lingkungan sedikit demi sedikit dan perilaku membuang sampah pada aliran sungai mulai berkurang karena permasalahan ini diatur oleh hukum dan didukung oleh pemerintah setempat. Yang kedua ialah penyediaan layanan yang berkualitas. Dalam hal ini pemerintah setempat, atau bahkan lebih spesifik pemerintah di tingkat desa/kelurahan, dapat membuat program pengelolaan sampah secara terpadu. Salah satunya adalah dengan membuat program pemilahan sampah. Program ini dilakukan dengan menyediakan tiga jenis tempat sampah untuk pemilahan sampah di setiap rumah. Hal ini bertujuan untuk mendidik masyarakat membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Selain itu, penyediaan tiga jenis tempat sampah juga diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk dapat mengelola sampah sesuai dengan jenis sampah rumah tangga mereka. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu membuang sampah ke aliran sungai. Penerapan kedua solusi di atas, baik penegakan hukum maupun penyediaan layanan yang berkualitas, perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 116 masyarakat. Selain itu, persepsi, kesadaran, motivasi, dan norma pribadi masyarakat terhadap perilaku pro-lingkungan terkait sampah dengan kedua solusi tersebut dapat terbangun sesuai dengan yang diharapkan Aisyah, 2014. Rujukan Aisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Jember. Ayuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel Surabaya. Rahadian, L. 2015. Tempat Pembuangan Sampah Di Desa Hanya 11 Persen. CNN Erliyani, R., Zulaeha, M., & Sihite, D. 2010. Pengetahuan Masyarakat Pinggiran Sungai tentang Perda Nomor4 Tahun 2000 dan Perda Nomor 19 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Terhadap Prilaku Membuang Sampah ke Sungai. Jurnal Cita Hukum, 22, 285-303. Fang, Chiang, Ng, E., & Lo, 2019. Using the Norm Activation Model to Predict the Pro-Environmental Behaviors of Public Servants at the Central and Local Governments in Taiwan. Sustainability, 1113. Kollmuss, A., & Agyeman, J. 2002. Mind The Gap Why Do People Act Environmentally and What Are The Barriers to Pro-Environmental Behavior?. Environmental Education Research, 83, 239-260. Homburg, A., & Stolberg, A. 2006. Explaining pro-environmental behavior with a cognitive theory of stress. Journal of Environmental Psychology, 261, 1-14. Krajhanzl, J. 2010. Environmental and pro environmental behavior. School and Health, 211, 251-274 Kusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31. Muzaidi, I., Anggarini, E., & Prayuga, H. M. R. 2018. Studi Kasus Permasalahan Sungai Teluk Dalam, Banjarmasin. Media Teknik Sipil, 162, 108-114. Onwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141–153. Sasongko, L. A. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk Di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penanganannya Studi Kasus Kelurahan Sampangan dan Bendan Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Snyder, H. 2019. Literature Review as A Research Methodology An Overview and Guidelines. Journal of Business Research, 104, 333–339. Steg, L., Keizer, K., Buunk, A. P., & Rothengatter, T. Eds.. 2017. Applied Social Psychology. Cambridge University Press. Yenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham. ... Faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model yaitu kurangnya kesadaran norma pribadi, kesadaran konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasinya dapat digunakan yaitu pertama adanya penegakan hukum legal measures, kedua penyediaan layanan yang berkualitas [9]. ...NonistantiaSecara astronomi, Kota Bekasi terletak antara 106o48’28’’–107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’–6o30’6’’ Lintang Selatan, dan memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2 dengan batas-batas wilayah administrasi terdiri atas DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Dalam buku Kota Bekasi dalam angka Tahun 2018, jumlah penduduk sebesar jiwa, hal ini menunjukkan peningkatan 2,45 % dari tahun 2017. Ancaman yang berpeluang yakni lingkungan yang tidak sehat, tersumbatnya drainase kota dan aliran sungai yang memberikan dampak fatal yaitu banjir. Tujuan yang ingin dicapai yaitu menata sistem penanganan sampah sehingga mengurangi resiko banjir. Metode yang digunakan adalah merancang sistem bank sampah dan kegiatan pengangkutan sampah dan sedimen saluran kegiatan pematusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pematusan sepanjang 796 m per-hari atau km per-bulan perlu dilakukan oleh dinas teknis DBMSDA Kota Bekasi. Disimpulkan bahwa perancangan model penanganan sampah-sedimen secara sinergi baik masyarakat dari RT-RW yang berkoordinasi dengan dinas terkait dalam sistem pemerintahan Kota Bekasi, mampu mengurangi terjadinya resiko banjirNurul AvifahMuhimmatul HasanahManusia memiliki ikatan dengan suatu tempat yang disebut dengan place attachment. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di ekspresikan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yaitu masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di pilih melalui purposive sampling sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sehingga di dapatkan sebanyak 5 subjek penelitian. Pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Kredibilitas data yang digunakan menggunakan triangulasi sumber dengan membanding data wawancara subjek dengan wawancara dengan significant other. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terlihat adanya gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di tunjukkan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan subjek. Place attachment yang terjadi pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri berupa emosi positif dan negatif yang dirasakan selama tinggal di daerah Makam Sunan Giri dan tindakan untuk menjaga daerah Makam Sunan Giri Hannah SnyderKnowledge production within the field of business research is accelerating at a tremendous speed while at the same time remaining fragmented and interdisciplinary. This makes it hard to keep up with state-of-the-art and to be at the forefront of research, as well as to assess the collective evidence in a particular area of business research. This is why the literature review as a research method is more relevant than ever. Traditional literature reviews often lack thoroughness and rigor and are conducted ad hoc, rather than following a specific methodology. Therefore, questions can be raised about the quality and trustworthiness of these types of reviews. This paper discusses literature review as a methodology for conducting research and offers an overview of different types of reviews, as well as some guidelines to how to both conduct and evaluate a literature review paper. It also discusses common pitfalls and how to get literature reviews understanding of the environmental value-action gap between public servants at the central and local governments is essential for the effective implementation of environmental policies, which is limited in the extant literature. This study has adopted the norm activation model to explore the pro-environmental behaviors of public servants at the central and local governments in Taiwan. A total of 7567 valid questionnaires were collected, and significant differences were evident between public servants at the central n = 3400 and local n = 4167 governments in personal norms, awareness of consequences, ascription of responsibility, and pro-environmental behaviors. Findings revealed that personal norms were the key factors predicting pro-environmental behaviors of public servants at both the central and local governments. Results also indicated that the awareness of consequences by public servants at the central government had a direct effect on their pro-environmental behaviors, which in turn had a significant effect on their ascription of responsibility. In contrast, awareness of consequences by public servants at the local government had no significant direct effect on their pro-environmental behaviors and had only a weak positive effect on their ascription of responsibility. Jan KrajhanzlOne of important areas of interest in psychology is the so-called envi-ronmental or pro-environmental behaviour. The author offers a concept that may faci-litate orientation in the many factors that affect our environmental behaviour. He pre-sents a methodological procedure that support environmentally friendly behaviour in practice. He lists fi ve characteristics of personal relationship with nature and explains how important it is to clearly distinguish between them in both professional theory and practice. The author also emphasizes the importance of people forming a personal re-lationship with nature. In this respect, study of individual personal understanding of general terms of environmental education and the building of a common understanding seem of paramount importance. Keywords environmental behavior, proenvironmental behavior, environmentally friendly behavior, areas of environmental behavior, characteristics of the relationship to nature, the need for contact with nature, abilities for contact with nature, environmental sensitivity, general attitude to nature, environmental concernNumerous theoretical frameworks have been developed to explain the gap between the possession of environmental knowledge and environmental awareness, and displaying pro-environmental behavior. Although many hundreds of studies have been undertaken, no definitive explanation has yet been found. Our article describes a few of the most influential and commonly used analytical frameworks early US linear progression models; altruism, empathy and prosocial behavior models; and finally, sociological models. All of the models we discuss and many of the ones we do not such as economic models, psychological models that look at behavior in general, social marketing models and that have become known as deliberative and inclusionary processes or procedures DIPS have some validity in certain circumstances. This indicates that the question of what shapes pro-environmental behavior is such a complex one that it cannot be visualized through one single framework or diagram. We then analyze the factors that have been found to have some influence, positive or negative, on pro-environmental behavior such as demographic factors, external factors institutional, economic, social and cultural and internal factors motivation, pro-environmental knowledge, awareness, values, attitudes, emotion, locus of control, responsibilities and priorities. Although we point out that developing a model that tries to incorporate all factors might neither be feasible nor useful, we feel that it can help illuminate this complex field. Accordingly, we propose our own model based on the work of Fliegenschnee and Schelakovsky 1998 who were influenced by Fietkau and Kessel 1981.Based on cognitive stress theory we present a model that aims at explaining individual pro-environmental behavior environmental stressors pollution in domestic and work contexts, mediated via appraisal processes demand appraisal, self-efficacy, activate problem-focused coping. This in turn leads to pro-environmental behavior in various behavioral domains social engagement, private-sphere and workplace. Structural equation models were used to test the proposed model. Questionnaire data from Studies 1 and 2 suggest that the theory offers a good explanation of pro-environmental behavior. However, self-efficacy beliefs did not predict problem-focused coping or pro-environmental behavior. In a modified model, we hypothesized that with environmental problems as stressors, it would be collective rather than individual efficacy that determines coping attempts and pro-environmental behavior. Studies 3 and 4 found support for this modified model. Taken together the four studies lent support to our basic idea that appraisal processes activate problem-focused coping, which in turn leads to pro-environmental Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir KecamatanU AisyahAisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 TahunA AyuningtiasAyuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten GresikI L KusminahKusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31.The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental BehaviourM C OnwezenG AntonidesJ BartelsOnwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141-153. Dalam Pemaknaan Masyarakat PedesaanY YenrizalYenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham.
LaporanPenelitian - Susunan dan Penjelasannya. By Abdillah Posted on 20/06/2022. Contoh Laporan Penelitian - Adalah tahap terakhir dari proses penelitian, di mana peneliti menyerahkan hasil akhir dari penelitiannya secara tertulis dan menginformasikan kepada publik. Dengan pemahaman ini, kita tahu bahwa menulis laporan penelitian adalah
The limitations of waste management in the Cipayung Landfill TPA causing a buildup of garbage up to more than 30 meters. This condition has a health impact on people in Cipayung Village. This study aims to analyze the impact of waste management at Cipayung Landfill on public health in Cipayung Village, Depok City. The research is descriptive qualitative. Data obtained by purposive sampling. Data was collected by interviews, observation and documentation. Based on interviews with 30 respondents, it was found that the most common diseases were diarrhea, then other types of stomach ailments, subsequent itching on the skin and coughing. This is presumably because the environmental conditions in the form of unhealthy air and water and clean and healthy living behaviors PHBS have not become the habit of the people. The results indicated that there were no respondents who had implemented all of these criteria. In general respondents have implemented 3 criteria, namely maintaining hair hygiene, maintaining skin cleanliness, and maintaining hand hygiene. While maintaining clean water storage is the most often overlooked behavior. To minimize this health impact, improvements in waste management in Cipayung landfill are needed along with continuous socialization and education to develop PHBS habits and the importance of maintaining a clean environment. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 246 DAMPAK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA CIPAYUNG PADA KESEHATAN MASYARAKAT Impact of Waste Management in TPA Cipayung in Community Health Emilda,* NAP Septiani, RH Pratiwi *Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta e-mail emilda1430 ABSTRAK Keterbatasan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir TPA Cipayung diantaranya menyebabkan penumpukan sampah hingga lebih dari 30 meter. Kondisi ini menimbulkan dampak kesehatan pada warga yang tinggal di Kelurahan Cipayung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak pengelolaan sampah di TPA Cipayung pada kesehatan masyarakat di Kelurahan Cipayung, Kota Depok. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara pada 30 orang responden diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita adalah diare, kemudian jenis penyakit perut lainnya, berikutnya gatal-gatal pada kulit serta batuk. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan berupa udara dan air yang tidak sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat yang belum menjadi kebiasaan warga. Hasil wawancara menunjukkan tidak ada responden yang telah melaksanakan seluruh kriteria PHBS yang ditanyakan. Pada umumnya responden melaksanakan 3 kriteria yaitu menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kebersihan tangan. Sedangkan menjaga kebersihan penampungan air adalah perilaku yang paling sering diabaikan. Untuk meminimalisasi dampak kesehatan ini maka diperlukan perbaikan dalam pengelolaan sampah di TPA Cipayung disertai sosialisasi dan edukasi secara kontinyu untuk membangun kebiasaan PHBS serta pentingnya menjaga lingkungan yang bersih. Kata Kunci TPA, Dampak Kesehatan, Diare, Gatal-gatal, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ABSTRACT The limitations of waste management in the Cipayung Landfill TPA causing a buildup of garbage up to more than 30 meters. This condition has a health impact on people in Cipayung Village. This study aims to analyze the impact of waste management at Cipayung Landfill on public health in Cipayung Village, Depok City. The research is descriptive qualitative. Data obtained by purposive sampling. Data was collected by interviews, observation and documentation. Based on interviews with 30 respondents, it was found that the most common diseases were diarrhea, then other types of stomach ailments, subsequent itching on the skin and coughing. This is presumably because the environmental conditions in the form of unhealthy air and water and clean and healthy living behaviors PHBS have not become the habit of the people. The results indicated that there were no respondents who had implemented all of these criteria. In general respondents have implemented 3 criteria, namely maintaining hair hygiene, maintaining skin cleanliness, and maintaining hand hygiene. While maintaining clean water storage is the most often overlooked behavior. To minimize this health impact, improvements in waste management in Cipayung landfill are needed along with continuous socialization and education to develop PHBS habits and the importance of maintaining a clean environment. Keywords Landfill, Healthy Impact, Diarrhea, Itching, Clean and Healthy Living Behaviors A. Pendahuluan Sampah menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi daerah perkotaan termasuk Depok. Jumlah sampah yang dihasilkan warga Kota Depok kian meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Karena itu diperlukan perbaikan pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Menumpuknya sampah di jalan-jalan dan saluran air dapat menyebabkan banjir, meningkatkan jumlah tikus dan serangga, dan menjadi sarana berkembangnya berbagai penyakit. Menurut data Pemerintah Kota Depok, produksi sampah di Kota Depok mencapai lebih dari 1200 ton per hari 2017. Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 247 Namun jumlah sampah yang dikelola baru sebesar 57,2% per hari melalui pemilahan sampah, pengomposan, dan membuang sisa sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir TPA Cipayung Pemkot Depok, 2016 dalam Paramita dkk, 2018. Karena masih banyak sampah yang belum terangkut ke TPA, sehingga tumpukan sampah banyak ditemukan di TPS liar. Menurut data DLHK Kota Depok, lokasi TPS ilegal di antaranya berada di Jalan Gas Alam Sukatani, Jalan Pekapuran, Jalan Raya Tapos, Jalan Jambore, sepanjang Jalan Raya Bogor, Jalan Raya Citayam, Jalan Margonda, Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Bungur Beji, Jalan Raya Cilodong, Jembatan Panus, Jembatan Akses UI, Jembatan GDC, Setu Rawa Kalong, Makam Limo, dan Bojongsari Lama. 2017. Tempat Pembuangan Akhir TPA Cipayung adalah satu-satunya TPA yang ada di Kota Depok. Pengangkutan sampah ke TPA ini belum optimal karena daya tampungnya baru sekitar 700 ton per hari 2017. Hal ini disebabkan beberapa kendala diantaranya keterbatasan lahan TPA sementara produksi sampah terus meningkat, teknologi proses yang belum efisien dan tidak ramah lingkungan sehingga pengolahan sampah belum berjalan optimal. Tidak berimbangnya antara volume masuk dengan jumlah sampah yang terolah, menyebabkan terjadi penumpukan di lokasi TPA. Menurut Handono 2010 model pembuangan yang diterapkan di TPA Cipayung pada awalnya pembuangan terbuka open dumping yaitu cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Seiring perluasan kawasan TPA, model pembuangan sampah akhirnya ditingkatkan menjadi controlled landfill. Selain TPA Cipayung, pengolahan sampah di Kota Depok juga melalui Unit Pengelolaan Sampah UPS. UPS berfungsi mengolah sampah organik menjadi kompos. Disamping itu terdapat pula bank sampah untuk mengolah sampah non organik menjadi produk kerajinan atau didaurulang ke pabrik atau industri. Sementara sampah-sampah spesifik seperti baterai, sisa obat dan lain-lain diolah oleh unit terpisah. Berbagai upaya tersebut belum mampu mengurangi timbunan sampah liar maupun di TPA Cipayung yang terus menumpuk. Penumpukan sampah secara terus menerus sementara pengelolaan belum optimal, menambah persoalan baru bagi masyarakat. Seperti masalah kebersihan, pencemaran lingkungan dan merusak estetika kota. Bahkan sampah yang telah menggunung dan berumur lama, menimbulkan bau yang menusuk dan mengganggu masyarakat sekitar. Kondisi lingkungan yang tidak baik ini berdampak pula terhadap kondisi kesehatan masyarakat karena rentan terserang berbagai penyakit serta gangguan pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak pengelolaan sampah di TPA Cipayung pada kesehatan masyarakat di Kelurahan Cipayung, Kota Depok. B. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam hal ini obyek yang diamati adalah dampak pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir TPA Cipayung pada kesehatan masyarakat di sekitarnya, khususnya Kelurahan Cipayung. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 248 kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. C. Hasil dan Pembahasan Saat ini keadaan TPA Cipayung sudah mengalami over kapasitas. Penumpukan sampah di TPA Cipayung sudah mencapai 33 meter. Hal ini disebabkan dari awal pembukaan TPA sampah belum dikelola dengan maksimal. Pada musim hujan, gunungan sampah seringkali menyebabkan longsor dan membahayakan warga dan pemulung yang berada disana. Selain itu menambah kesulitan dalam pengolahan. Gambar 1. Keadaan TPA Cipayung Model pengelolaan sampah di TPA Cipayung adalah controlled landfill. Pada sistem ini sampah dibuang dan ditumpuk pada suatu lokasi yang cekung. Lalu dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah. Sampah disebarkan secara merata dan dipadatkan dalam lapisan tipis dengan bulldozer. Begitu lapisan yang dipadatkan itu mencapai tebal sekitar 2 sampai 3 meter, selanjutnya ditutup dengan lapisan tanah setebal 15 cm. Setelah itu dipadatkan kembali dan siap untuk ditimbun lapisan sampah yang baru. Proses tersebut berlanjut sampai landfill penuh dan akan ditutup dengan lapisan tanah terakhir dengan ketebalan sekitar 60 cm. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan polusi udara. Menurut Handono 2011 pada model controlled landfil ini kegiatan penutupan sampah dilakukan secara berkala biasanya 7 hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola TPA diketahui bahwa volume sampah yang masuk ke TPA Cipayung setiap hari sekitar 700-an ton. Jenis sampah yang masuk ke TPA Cipayung adalah sampah rumah tangga dan sampah residu seperti sisa bangunan, Sedangkan sampah organik dan non organik diolah di Unit Pengelolaan Sampah UPS dan beberapa bank sampah. Menurut DLHK Kota Depok 2017 sampai tahun 2017 terdapat sekitar 32 UPS dan RW yang telah melakukan pemilahan sebanyak 185 serta 483 bank sampah. Untuk pengolahan sampah di TPA Cipayung, Pemkot Depok menerapkan sistem waste to energy. Pada sistem ini sampah-sampah yang menggunung diubah menjadi gas metana. Pengubahan sampah menjadi gas metan berlangsung secara anaerobik. Gas yang terbentuk dialirkan melalui Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 249 pipa. Instalasi pipa tertanam di dalam tanah yang menghubungkan antara timbunan sampah ke rumah-rumah warga. Agar gas tersalurkan dengan baik ke rumah warga maka digunakan alat penyedot blower yang akan menyedot gas lalu dilanjutkan ke kompor yang ada di rumah warga. Namun gas metan ini belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh warga, karena menurut mereka gas metana ini menimbulkan bau yang tidak enak. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang warga kelurahan Cipayung. Ditambah dengan responden ahli yaitu kepala pengelola TPA Cipayung. Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa responden yang berumur antara 20-30 tahun sebanyak 10 orang 33,3%, berumur 31-40 tahun sebanyak 11 orang 36,7%, berumur 41-50 tahun sebanyak 5 orang 16,7%, dan yang berumur >50 tahun sebanyak 4 orang 13,3%. Tingkat pendidikan responden beraneka ragam. Mulai dari yang tidak sekolah, hanya tamatan SD/sederajat, tamatan SMP/sederajat, tamatan SMA/sederajat, hingga berijazah Perguruan Tinggi. Hasil wawancara menunjukkan diantara 30 responden diketahui bahwa responden yang tidak bersekolah sebanyak 1 orang 3,3%, tamat SD sebanyak 9 orang 30%, tamat SMP sebanyak 5 orang 16,7%, tamat SMA sebanyak 12 orang 40%, dan yang tamat Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang 10%. Mata pencaharian responden juga beragam. Mulai dari yang tidak bekerja, pemulung, buruh, wiraswasta, pegawai swasta, hingga pegawai negeri. Berdasarkan wawancara dengan 30 responden diketahui bahwa sebanyak 3 orang 10% bermata pencaharian sebagai pegawai swasta, sebanyak 6 orang 20% sebagai wiraswasta 13 orang 43,3% sebagai buruh, 3 orang 10% sebagai pemulung, yang tidak bekerja 3 orang 10%, dan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 2 orang 6,7%. Kondisi TPA Cipayung dengan timbulan sampah yang mencapai lebih dari 30 meter berdampak kepada kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tabel 1. Jenis Penyakit yang Diderita Responden Sekitar TPA Cipayung Infeksi Saluran Pernafasan Atas ISPA Penyakit dengan gejala sakit di bagian perut Sumber Data Primer, 2018 Pada tabel 1 terlihat penyakit yang paling sering menyerang warga adalah diare sebanyak 26 responden. Sedangkan penyakit yang lebih sedikit diderita adalah disentri sebanyak 10 responden. Namun ada penyakit lainnya yang sering dialami yaitu sebanyak 24 responden. Penyakit ini memiliki gejala sakit di bagian perut namun tidak diketahui pasti nama penyakitnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan data Dinas Kesehatan Kota Depok menunjukkan terjadi peningkatan temuan dan penanganan diare dari 85,35% pada tahun 2013 menjadi 80,8% pada Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 250 tahun 2016 Dinkes Kota Depok, 2017. Sedang kasus diare yang ditangani oleh UPT Puskesmas Cipayung adalah sebanyak jiwa. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Depkes, 2009. Menurut Depkes 2007 perilaku hidup bersih dan sehat ada 10 indikator diantaranya, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi asi eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah. PHBS yang diamati dalam penelitian ini adalah sikap-sikap yang berkaitan dengan lingkungan berupa menjaga kebersihan makanan, menjaga kebersihan kulit, menjaga kebersihan tangan, menjaga kebersihan rambut, serta menjaga kebersihan penampungan air. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada responden yang memenuhi keseluruhan kriteria perilaku hidup bersih dan sehat. Mayoritas responden hanya memenuhi 3 kriteria yaitu menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kebersihan tangan. Kriteria yang paling banyak diabaikan responden kebersihan penampungan air yaitu dengan membiarkannya terbuka. Padahal kondisi penampungan yang seperti ini rentan terhadap perkembangan jentik-jentik nyamuk apalagi pada kondisi lingkungan yang tidak bersih. Masyarakat dengan kualitas kesehatan yang baik merupakan salah satu komponen penting untuk membangun bangsa dan negara. Jika mayoritas masyarakat berada pada kondisi kesehatan dibawah rata-rata, akan berakibat negara kehilangan potensi sumberdaya manusia yang bernilai tinggi. Upaya mewujudkan lingkungan yang sehat yaitu bersih, nyaman dan aman mutlak diperlukan sebagai langkah preventif untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Keberadaan TPA seharusnya menjadi solusi untuk merealisasikan lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiadaan TPA menimbulkan problem lingkungan yang lebih parah karena terjadinya penumpukan sampah secara liar tanpa atau pembuangan sampah tanpa terkendali. Namun kondisi TPA Cipayung yang dekat dengan pemukimam penduduk dan telah mengalami over capacity malah menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat termasuk kesehatan. Diantaranya karena belum optimalnya pengelolaan sampah disana. Berdasar hasil penelitian ditemukan tiga kelompok penyakit di sekitar kawasan TPA. Tiga kelompok ini termasuk penyakit yang lazim ditemukan di kawasan TPA atau TPS. Berkembangnya gangguan pada saluran pencernaan seperti diare, disentri dan jenis penyakit perut lainnya berhubungan dengan kebersihan makanan dan air minum yang dikonsumsi masyarakat. Ditambah pula masyarakat yang belum memiliki kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat di rumahnya. Dari hasil wawancara diketahui untuk kebutuhan mandi dan memasak umumnya warga Cipayung menggunakan air sumur dengan kondisi sangat keruh. Sedang untuk kebutuhan minum, mereka membeli air dari depot air minum. Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 251 Kondisi air sumur yang keruh diduga tercemar oleh air lindi yang dihasilkan TPA disamping akibat pencemaran lainnya. Hal ini disebabkan letak sumur gali penduduk yang terlalu dekat dengan TPA. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Dampak Sampah Depkes RI Dirjen PPM dan PLP 1996 dalam Ompusunggu 2009 menyatakan bahwa lokasi TPA harus memenuhi persyaratan teknis yaitu a. Jarak TPA dengan pemukiman minimal 2 Km, hal ini mengingat jarak terbang lalat mencapai 2 Km, bau yang ditimbulkan oleh sampah akibat pembusukan yang terbawa angin, debu dan suara bising yang ditimbulkan sewaktu pembongkaran sampah. b. Jarak sumber air bersih mata air, sungai, sumur, danau, dll minimal 200 meter, hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air didaerah tersebut c Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum minimal 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika. Kondisi keruh pada air sumur diduga karena tercemar oleh air lindi yang dihasilkan TPA. Cairan lindi yang dihasilkan dari tumpukan sampah berpengaruh pada sifat-sifat air bawah tanah seperti tingginya konsentrasi, total padatan terlarut, tingkat kekerasan, COD, klorida, sulfat dan nitrat serta mengandung logam berat Vasanthi 2008 dalam Mahyudin, 2017. Pergerakan cairan lindi makin sulit dikendalikan pada saat musim hujan. Begitupula penyakit-penyakit saluran pernafasan yang diakibatkan kualitas udara disekitar TPA yang berkualitas rendah. Hasil penguraian sampah yang sudah menumpuk akan menghasilkan gas CH4 metana, senyawa amoniak dan H2S yang menimbulkan bau menyengat. Hal inilah yang menyebabkan mudahnya perkembangan penyakit ISPA. Kondisi air yang tidak sehat ini akan berpengaruh pula pada kulit dengan munculnya penyakit gatal-gatal. Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari lingkungan yang tidak sehat makin bertambah dengan belum dijalankannya perilaku hidup bersih dan sehat oleh masyarakat. Karena pengetahuan yang minim sehingga terbentuk persepsi yang kurang utuh. Tak jarang pula masyarakat beranggapan sebelum gejala penyakit terasa, mereka merasa sehat-sehat saja sehingga cenderung abai terhadap kebersihan lingkungan termasuk makanan dan minuman. Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang lebih serius untuk menghilangkan atau meminimalisasi dampak ini. Diantaranya menata lokasi TPA supaya tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk, memperbaiki pengelolaan sampah di kota Depok pada setiap unitnya hingga ke TPA. Selain memperbaiki regulasi dan manajerial, dibutuhkan pula upaya implementasi teknologi yang paling baik dan tepat untuk mempercepat laju penguraian sampah. Yustikarini dkk 2017 mengutip bahwa dalam Laporan Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan menyebutkan dalam pengelolaan sampah untuk pengomposan 30-40% dan daur ulang sampah anorganik mencapai 15-25%. Aktifitas pengomposan sendiri dapat dilakukan mulai dari level warga masyarakat, TPS hingga TPA. Disamping itu perlu dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pegawai untuk pengelolaan sampah. Begitupula sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 252 D. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat kelurahan Cipayung diketahui bahwa mereka terdampak dengan kondisi TPA. Mayoritas responden sering menderita penyakit diare, jenis penyakit perut lainnya, gatal-gatal pada kulit serta batuk. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan berupa udara dan air yang tidak sehat. Masyarakat juga belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat secara lengkap. Dari hasil wawancara tentang kriteria PHBS berupa menjaga kebersihan makanan, menjaga kebersihan kulit, menjaga kebersihan tangan, menjaga kebersihan rambut, serta menjaga kebersihan penampungan air diketahui tidak ada responden yang telah melaksanakan seluruh kriteria ini. Pada umumnya baru melaksanakan 3 kriteria yaitu menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kebersihan tangan. Sedangkan menjaga kebersihan penampungan air adalah perilaku yang paling sering diabaikan. Untuk meminimalisasi dampak kesehatan ini maka diperlukan perbaikan dalam pengelolaan sampah di TPA Cipayung disertai sosialisasi dan edukasi secara kontinyu untuk membangun kebiasaan PHBS serta pentingnya menjaga lingkungan yang bersih. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta Departemen kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2009. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Lembar Balik PHBS. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI Dinas Kesehatan Kota Depok. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kota Depok. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok. 2017. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Depok. Presentasi. Diakses November 2018. Handono M. 2010. Model Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir TPA Sampah Secara Berkelanjutan Di TPA Cipayung Kota Depok-Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor 2017. TPA Cipayung Akan Tambah Kolam Penampungan Sampah. diakses 20 November 2018. 2017. Kota Depok Produksi Sampah 1200 ton per hari. /berita/nasional/jabodetabek-nasional/17/02/22/olrp9w384-kota-depok-produksi-sampah-1200-ton-per-hari Ompusunggu H. 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara [online] diakses Desember 2018 Mahyudin RP. 2017. Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan Dampak Lingkungan di TPA Tempat Pemrosesan Akhir. Jurnal Teknik Lingkungan 3 1. Hal 66-74. Paramita D, Kukuh M dan Manuwoto. 2018. Kajian Pengelolaan Sampah Berdasarkan Daya Dukung dan Kapasitas Tampung Prasarana Persampahan Kota Depok. Journal of Regional and Rural Development Planning. Volume 2 2 104-117. Sinurat J dan Roy VS. 2013. Strategi Pengelolaan Sampah Kota Depok. Makalah tidak dipublikasikan. FISIP, UI Yustikarini R dkk. 2017. Evaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten Magetan. Proceeding Biology Education Conference Volume 14, Nomor 1. Halaman 177- 185. Zahra F dan Tri PD. 2011. Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 17 Nomor 1. Halaman 59-69. ... Diketahui pada tahun 2011 sebanyak 3356 ditemukan kasus, 2012 terdapat 3136, pada tahun 2013 sebanyak 2862 kasus 7. Begitupun yang terjadi pada masyarakat sekitar TPA Cipayung, mayoritas masyarakat mengalami diare, gatal pada kulit serta batuk 8. Di Kota Depok penderita diare mengalami peningkatan dari pada tahun 2013 menjadi pada tahun 2014 8. ...... Begitupun yang terjadi pada masyarakat sekitar TPA Cipayung, mayoritas masyarakat mengalami diare, gatal pada kulit serta batuk 8. Di Kota Depok penderita diare mengalami peningkatan dari pada tahun 2013 menjadi pada tahun 2014 8. ...Introduction Bandung was one of the areas that had not applied a good waste management yet. From 1,440 tons/day waste produced around 320 tons were managed. The effects of untreated waste were carrying the vector of disease, aesthetic decrease, environmental quality, and flood. The aim of this research was to identify the condition of waste management in Rusunawa Balaendah in 2018. Method The research used observational method with cross sectional design. The object of this research was families who lived in Rusunawa Balaeendah with 60 respondents were obtained with sampling random area tehcnique. Observation variables were sorting, storing, collecting, and the amount of waste generation. This research used direct measurement method to calculated the waste generation during 8 days in May 15 to 21 2018 according to SNI No. 19-3964-1994. Method for collected the data used interview and field observation. The data was presented by table frequency distribution and chart to analyzed the result of the observation. Result and Discussion The result of this research was shown that respondents who had good waste management were 3%, the storage phase for the ownership of trash that had not requirements yet were 70%, and garbage that was not in TPS was 97%. The amount of waste generation was The level of respondents’ knowledges about it was 45% which was on adequate category and the behaviour was 96,6% which was on deficient category. Conclusion The result of this research was to know that waste management in Rusunawa Balaeendah was not appropriate with the provision. Based on the research, the suggestion is to build a garbage dump that has 3R method of waste management and to collaborate with DKRTH for the transfer of residual waste.... Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi sarana penularan penyakit serta menjadi tempat berkembangbiak vektor penular penyakit. 5 Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah yang dihasilkan. Produksi sampah plastik di Indonesia sangat besar sebab secara total produksi sampah Indonesia mencapai 189 kilo ton/hari jauh lebih besar dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. ...Tati RuhmawatiTeguh BudiasyahRidwan SetiawanLatar Belakang Tingginya kunjungan pasien akan meningkatkan kandungan amoniak limbah cair rumah amoniak yang tinggi menimbulkan pencemaran perairan. Adsorpsi karbon aktif merupakan teknologi alternatif dalam menurunkan kadar amoniak limbah penelitian ingin mengetahui pengaruh variasi waktu kontak karbon aktif bijih plastik terhadap penurunan kadar amoniak limbah cair rumah Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan pretest-postest dengan kontrol. Populasi, seluruh air limbah yang diambil dari influent RSUD Al Ihsan Kabupaten Bandung, sedangkan sampel sebagian air limbah yang diambil dari populasi dengan teknik pengambilan gabungan yang telah terkumpul dianalisis menggunakan uji Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase penurunan kadar amoniak untuk waktu kontak 60 menit 18,40%, 90 menit35,07 %, dan 120 menit 48,77 %. Hasil uji Anova diperoleh nilai p 0,001 lebih kecil dari 0,05 α 5%.SimpulanTerdapat pengaruh yang bermakna antara variasi waktu kontak karbon aktif bijih plastik terhadap penurunan kadar amoniak limbah cair. ABSTRACTTitle Elimination Efficiency of Ammonia Content of Hospital Liquid Waste with Active Carbon Plastic Ore Considerable visits from patients increases the content of ammonia within the liquid waste of the hospital which, in turn, results in water pollution. Adsorption of active carbon is an alternative technology in reducing the ammonia level of liquid waste. This research aims at revealing the contact time of active carbon plastic ore towards the degression of ammonia level of liquid waste. Method This research was an experiment designed by pretest-posttest design with control. The population of the research was all the liquid waste taken from the influent of RSUD Al Ihsan Bandung, while the sample of the research was taken from the population by time combiningcollection technique. The collected data was then analyzed using anova. Result The results of the research show that the average of the degression percentage for contact time of sixty minutes is 90 minutes and 120 minutes The value of t acquired from anova testing is smaller than degression of ammonia level of liquid waste. Conclusion There is a significant effect between the variation of contact time of plastic ore activated carbon to the decrease in the level of liquid waste ParamitaKukuh MurtilaksonoManuwoto ManuwotoDepok City can only manage about from total of 1,286 tons of its daily solid waste. The amount increases everyday that it becomes more concerning to apply solid waste management. The objective of this research is to analyze solid waste management based on the carrying capacity and the storage capacity of waste infrastructures in Depok City. Methods of this study were the suitability between supply and demand of domestic solid waste and the waste infrastructures, Integrated Risk Based Approach IRBA and literature study. This study shows that Depok City government has a good system in solid waste management but still needs to improve the quantity and capacity of the infrastructures. Garbage banks can reduce 20% of the inorganic waste and the Organic Waste Processing Unit Unit Pengolahan Sampah Organik/UPS has low index carrying capacity of which can reduce of organic waste. The IRBA shows that Cipayung landfill has moderate danger. The numbers of waste infrastructures required at each district in Depok City shall be equipped, so that the amount of waste disposed to Cipayung landfill can be Puteri MahyudinArtikel ini bertujuan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi pada rantai panjang pengelolaan sampah. Dari hasil kajian pustaka dapat dirangkum dua permasalahan penting pengelolaan sampah dan TPA yaitu sampah yang tidak mengalami proses pengolahan dan pengelolaan TPA dengan sistem yang tidak tepat masih berfokus pada lahan urug. Sedangkan TPA sebagai ujung rantai pengelolaan sampah menerima beban sampah yang sangat besar sehingga menimbulkan banyak dampak negatif. Air lindi yang dihasilkan oleh TPA sulit untuk dikendalikan agar tidak mencemari lingkungan walaupun membuat proteksi kuat pada TPA. Direkomendasikan untuk meningkatkan daur ulang sampah dari rumah tangga sampai ke TPA diantaranya dengan sistem pengelolaan sampah yang berbasis inisiatif komunitas lokal dan tidak hanya mengandalkan TPA dengan sistem lahan urug. Pengelolaan sampah yang fokus pada pengolahan dan pengurangan pencemaran serta melibatkan masyarakat atau berbasis komunitas memiliki dampak positif yang besar. Dapat disimpulkan bahwa penyelesaian permasalahan sampah yang tidak komprehensif dari hulu ke hilir dan tidak melibatkan semua pihak menjadi hambatan utama berjalannya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kata kunci dampak lingkungan, permasalahan sampah, pengelolaan sampah berkelanjutan, Tempat Pemrosesan Akhir. This article aimed to explain the problems in a long chain of waste management. From the results of a literature review can be summarized two key issues of waste management and landfill namely untreated waste and improper system of landfill management still focusing on landfilling system. While the landfill as the last chain of waste management receives a huge load of waste, causing many negative effects. Leachate generated by the landfill is difficult to be controlled although it has strong protection at the landfill. It recommended to increase the recycling of household waste to landfill such as the waste management system based on local community initiatives and not just rely on landfilling systems. Waste management focusing on the processing and the reduction of pollution and engaging the community or community based have major positive impact. It can be concluded that solving waste problems that not comprehensive from upstream to downstream and not involving all part of the waste system is the main obstacle in sustainable waste management. Keywords enviromental impact, landfill, waste problems, sustainable waste Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBSR I Departemen KesehatanDepartemen Kesehatan RI. 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta Departemen kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok TahunKota Dinas KesehatanDepokDinas Kesehatan Kota Depok. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kota Pengelolaan Sampah Kota Depok. Makalah tidak dipublikasikanV S Sinurat J Dan RoySinurat J dan Roy VS. 2013. Strategi Pengelolaan Sampah Kota Depok. Makalah tidak dipublikasikan. FISIP, UIEvaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten MagetanR YustikariniDkkYustikarini R dkk. 2017. Evaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten Magetan. Proceeding Biology Education Conference Volume 14, Nomor 1. Halaman Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur Ulang Sampah di TPAP D Zahra F Dan TriZahra F dan Tri PD. 2011. Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 17 Nomor 1. Halaman Sumatera UtaraSkripsiSkripsi. Universitas Sumatera Utara [online] diakses Desember 2018 Contohsederhana, untuk penelitian tentang pengelolaan sampah misalnya, latar belakang dapat diawali dengan kalimat: "tingginya tingkat konsumsi manusia modern dewasa ini telah mengakibatkan bla bla.." Angkat topik masalah . Kemukakan masalah atau landasan awal yang dapat menghubungkan antara statemen awal dengan penelitian yang akan dilakukan. Berbagai informasi mengenai Contoh Laporan Hasil Penelitian Tentang Sampah. Objek penelitian yang dikaji yaitu sampah. Home tugas sekolah contoh hasil penelitian mengatasi sampah dalam masyarakat. Laporan Akhir Tingkat Kesadaran Mahasiswa Fakultas Mipa Bab Iii Penutup A Kesimpulan Berdasarkan Hasil Penelitian Pdf Artikel Penelitian 404 Kebijakan Pemerintah Dalam Pdf Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk Dan Contoh latar belakang latar belakang masalah dalam suatu laporan penelitian yaitu menceritakan kembali latar belakang dari si peneliti mengapa ia memilih judul penelitiannya. Contoh laporan hasil penelitian tentang sampah. Sedangkan untuk teks hasil observasi memiliki pengertian yaitu isi teks yang menjelaskan tentang sesuatu informasi baik itu informasi tentang hewan tanaman fenomena alam hasil karya manusia dan fenomena sosial yang sesuai. Oleh karena itu pengolahan sampah harus digalakkan agar populasi sampah di lingkungan tersebut menjadi berkurang. Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena begitu besar penyertannya yang telah menghantarkan penulis dalam penulisan laporan penelitian ini yang berjudul pencemaran sampah dan dampaknya terhadap masyarakat pesisir pantai masyarakat apui kelurahan ampera rt08 guna untuk menambah ilmu pengetahuan pada universitas darussalam ambon kampus c masohi. Sampah di masyarakat kota desa kampong sangatlah menjadi masalah besar untuk ditaklukkan. Contoh teks laporan hasil observasi sampah definisi umum sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Laporan hasil penelitian geografi. Memang tidak mudah untuk memecahkan masalah tentang sampah. Pada gambar 11 dan 12 adalah salah satu contoh pencemaran sampah yang terdapat di sudut sekolah sman 1 pasangkayu. Contoh karya tulis ilmiah tentang sampah kali ini kami akan sampaikan disini buat anda semua yang ingin membuat karya iliah tentang sampah sehingga anda akan mengerti tentang hal yang pertama harus di lakukan sehingga apa yang anda inginkan tercapai untuk bisa memberikan karya tulis ilmiah yang baik dan benar nantinya sobat. Kemudian karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah membuat siswa siswi yang membersihkan daerah tersebut hanya menyapu sampah menjadi. Contoh laporan hasil pengamatan sampah. Contoh file berikut ini adalah kumpulan dari berbagi sumber tentang contoh laporan hasil pengamatan sampah yang bisa bapakibu gunakan dan diunduh secara gratis dengan menekan tombol download biru dibawah ini. Untuk menangani sampah ini pasti tidak akan pernah berhasil jika hanya di hadapi oleh sepihak baik oleh. Contoh teks laporan hasil observasi observasi dalam suatu penelitian yaitu salah satu teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian tertentu. Di dalam latar belakang masalah ini seolah olah peneliti sedang menjadi seorang detektif yang sedang mengamati lingkungan di tempat kejadian perkara. Sampah dilingkungan sangat lah meresahkan banyak sampah yang menumpuk di pinggir jalanan di tengah jalan pun sering muncul dan pengolahan sampah di lingkungan ini pun belum ada sama sekali. Sampah dibuang dari dalam ke belakang kelas. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Begitulah yang dapat admin bagikan terkait contoh laporan hasil penelitian tentang sampah. Admin blog Kumpulan Contoh Laporan 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait contoh laporan hasil penelitian tentang sampah dibawah ini. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi Singkat Beserta Strukturnya Dki Hasilkan 4 Ribuan Ton Sampah Makanan Per Hari Tirtoid Bab I Pendahuluan 11 Latar Belakang Sampah Merupakan Data Mengerikan Soal Sampah Plastik Di Lautan Menentukan Ciri Bahasa Teks Laporan Hasil Observasi Mengenai Pdf Pengelolaan Sampah Berbasis Zero Waste Skala Rumah Contoh Laporan Hasil Daur Ulang Limbah Plastik Intelligent Tugas Akhir Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Skripsi Optimalisasi Pengelolaan Sampah Berdasarkan Timbulan Atasi Masalah Sampah Plastik Jadikan Bahan Campuran Aspal Contoh Teks Laporan Hasil Observasi Singkat Beserta Strukturnya 10 Contoh Karya Tulis Ilmiah Sederhana Bahasa Indonesia Contoh Makalah Laporan Penelitian Kerajinan Bahan Limbah Riset 24 Persen Sampah Di Indonesia Masih Tak Terkelola Laporan Bank Sampah Todopuli Sekian gambar-gambar yang dapat kami kumpulkan mengenai contoh laporan hasil penelitian tentang sampah. Terima kasih telah mengunjungi blog Kumpulan Contoh Laporan 2019.
\n \nlaporan hasil penelitian geografi tentang sampah
yangdiperoleh di lapangan. Objek penelitian adalah pemulung, penelitian ini dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Tamangapa Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggal Kota Makassar selama satu bulan mengumpulkan study literatur, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang Sampah Kelas 10 – Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah prinsipnya harus berdasarkan apa yang ada. Tanpa dilebihkan atau dikurangi. Seperti laporan pengamatan pada umumnya dimulai dari kondisi umum. Lalu melebar dan lebih mendalam mengenai apa saja yang kamu lihat di lapangan. Tulisan nantinya tidak perlu ada penyelesaian atau kesimpulan. Hanya berdasarkan fakta di lapangan yang bisa kamu amati. Tujuan pembuatan laporan seperti ini adalah memberikan gambaran sebenarnya. Baik atau buruk tidak menjadi penilaian. Pembaca memerlukan informasi yang benar dari sumber terpercaya. Dalam penulisan nantinya tidak perlu menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami. Apalagi untuk kelas 10, bisa menggunakan bahasa baku ringan sehari-hari. Termasuk untuk obyek spesifik bisa disertai penjelasan dalam bahasa yang lebih mudah. 10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang SampahDaftar Isi10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang Sampah1. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah rumah tangga2. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di lingkungan sekolah3. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di sungai4. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah5. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata6. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit7. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di jalan 8. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di taman bermain9. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di pusat perbelanjaan10. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di restaurant Daftar Isi 10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang Sampah 1. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah rumah tangga 2. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di lingkungan sekolah 3. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di sungai 4. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah 5. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata 6. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit 7. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di jalan 8. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di taman bermain 9. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di pusat perbelanjaan 10. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di restaurant mikhail-nilov Menulis laporan mengenai sampah cukup mudah. Kamu bisa mencari lokasi-lokasi yang tidak steril dan merupakan fasilitas umum. Lakukan pengamatan kemudian tentukan akan menuliskan dari sudut pandang mana. Berikut contoh penulisannya. 1. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah rumah tangga Sampah rumah tangga paling banyak ada di area dapur. Sisa makanan, minuman, bumbu masakan, kotoran sisa proses memasak, bungkus plastik, sterofoam, kaleng, daun pembungkus. Area yang biasa ada di belakang ini sangat mudah kotor. Kotoran organik lebih mendominasi seperti sisa nasi, sisa sayur, sisa lauk, bahan makanan busuk. Sisa-sisa seperti ini menimbulkan pemandangan tidak sedap. Di Dapur ada tempat sampah untuk menampung semua sisa makanan dan bahan makanan tersebut. Meski kondisinya tertutup tetapi bau menyengat tidak sedap tetap ada. Kotoran yang tidak segera dibuang tersebut juga mengundang semut dan lalat. Kondisi semakin tidak enak dipandang saat tempat sampah berserakan karena tikus. Di malam hari saat kondisi gelap karena tidak ada lampu kecoa dan tikus masuk ke dalam tempat sampah mengais sisa makanan. Akhirnya berceceran keluar. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di atas selesai dan mudah dipahami. Tidak perlu ada penyelesaian disini sebab hanya dibutuhkan informasi sebenarnya terkait objek pengamatan. 2. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di lingkungan sekolah Lingkungan sekolah juga tidak luput dari sampah dan kotoran apapun jenisnya. Bagi kamu yang masih duduk di bangku sekolah akan lebih mudah mengamatinya. Untuk laporannya bisa kamu tulis seperti contoh di bawah ini. Sampah di sekolah paling banyak berupa kertas, bungkus makanan, botol minuman, sisa alat tulis yang habis. Setiap kelas memiliki tempat penampungan sementara diletakkan di sudut depan. Tapi kebanyakan diletakkan di depan kelas. Tempat penampungan berupa branjang dilapisi dengan plastik polybag. Saat membuang ke tempat penampungan utama cukup diambil plastik polybag. Kotoran didalamnya tidak akan berceceran. Sampah di lingkungan sekolah lebih kering, kebanyakan berupa anorganik yaitu yang tidak dapat langsung terurai. Tidak mengundang lalat atau binatang lain datang dan mengacak-acak. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah yang dibahas masih umum. Lebih membahas yang ada di sekitar kelas dan merupakan sisa dari aktivitas siswa atau guru. Jadi hampir tidak ditemukan bahan organik. 3. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di sungai Sungai masih dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah aneka jenis oleh masyarakat. Bungkus plastik, kardus, perabot rumah tangga yang sudah tidak terpakai, elektronik, barang-barang dari karet, hingga pakaian. Penumpukan berbagai material buangan tersebut membuat aliran sungai semakin lambat. Semua benda di atasnya menumpuk tidak dapat mengalir ke hilir karena semakin banyak. Pemandangan jadi tidak asri lagi. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah diatas merupakan kondisi yang umum tentang pemandangan sungai dari hasil pengamatan. Bisa dilanjutkan dengan permasalahan nyata di lapangan, seperti di bawah ini. Air sungai seharusnya jernih, atau kecoklatan karena kandungan material lumpur alami. Tetapi tidak demikian adanya karena adanya tumpukan berbagai material di atasnya. Sungai justru menyerupai daratan karena airnya tidak tampak lagi. Semula material buangan masyarakat di aliran sungai bisa menepi seiring aliran air. Tapi kini bahkan di tengah permukaannya tertutupi. Selain pemandangan yang tidak asri bau menyengat tidak dapat dihindari. Sungai yang tidak bersih seperti ini jadi sumber penyebab penyakit seperti demam berdarah. Sebab jadi tempat hidup nyamuk yang bisa menularkan penyakit dari satu orang ke orang lain. Selain itu menyebabkan air tanah di sekitar tercemar limbah. Limbah di sungai lama-kelamaan larut terutama wadah mengandung bahan kimia. Pada akhirnya akan masuk ke dalam tanah dan mencemari sumur sekitar. 4. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah Tempat ibadah seharusnya terjaga kebersihannya setiap waktu. Nyatanya masih juga terdapat sampah meski jumlahnya tidak banyak dan mengganggu. Beruntungnya kotoran di tempat ibadah mudah dibersihkan. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah bisa dijabarkan lebih detail. Secara umum jarang terdapat material buangan dari jamaah karena sadar etika. Namun pasti ada yang perlu diperbaiki terkait kebersihannya, berikut lanjutannya. Jamaah biasa membuang sampah seperti cup air minum pada tempat yang sudah disediakan di area luar. Bungkus makanan atau snack yang dibawa sendiri juga diperlakukan sama, yaitu langsung dibuang pada tempatnya. Untuk di masjid area paling sering kotor adalah tempat TPA atau tempat mengaji anak-anak. Kotoran berupa bekas kapur, kertas, alat tulis yang berserakan, pensil warna, bungkus makanan ringan. Kondisi ini tidak berlangsung lama sebab setelah selesai langsung dibersihkan kembali. Sehingga tetap bersih, rapi dan tidak bau saat digunakan kembali untuk ibadah. Kondisi serupa di tempat ibadah agama lain seperti gereja, vihara dan pura. Tujuan utama orang mendatangi tempat ibadah adalah untuk melaksanakan kegiatan religi. Fokus pada setiap prosesi ibadah, tidak sambil makan atau minum. 5. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata Fasilitas umum seperti tempat wisata pasti bermasalah dengan sampah. Pengunjung banyak yang belum sadar untuk buang sampah pada tempatnya. Ini tampak pada banyaknya kotoran di jalanan dan spot-spot penting. Kebiasaan buang bungkus makanan dan botol minuman sembarangan masih belum dapat dihilangkan. Jauh dari lokasi tong sampah jadi salah satu alasannya. Padahal bisa saja dibawa sementara kemudian dibuang saat menemukan tempat penampungan yang disediakan. Di kebun binatang banyak terdapat bungkus makanan plastik yang diletakkan begitu saja di pinggir jalan. Kotoran tersebut mengganggu pemandangan dan tidak langsung ditangani sebab petugas kebersihan bekerja di pagi hari. Bukan satu dua pengunjung saja yang melakukan hal kurang etis tersebut. Akibatnya seperti tempat wisata tidak pernah mendapat perawatan memadai terkait dengan masalah kebersihan. Belum lagi beberapa sampah menyebabkan bau karena berasal dari makanan dan minuman basi. Ini mengundang datangnya lalat dan larva pemakan sisa makanan. Pemandangan yang mengurangi nilai estetika tempat wisata tentunya. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata di atas berdasarkan pengamatan. Lebih bersifat negatif sesuai kondisi tidak menyenangkan sesungguhnya. Dan kamu tidak perlu membuat kesimpulan dari permasalahan yang ada. 6. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit Rumah sakit sumber limbah medis berbahaya. Seperti botol bekas obat injeksi, bekas infus, selang infus, bekas alat transfusi dan masih banyak lagi. Ada yang berbahan plastik, kaca, karet, kasa, kapas. Ada juga bekas perlengkapan pribadi pasien. Sumber pertama yang bisa dilihat jelas tentu saja dari kamar pasien. Tisu, bekas bungkus makanan dan minuman, kapas. Di bagian tindakan lebih beragam seperti bekas jarum suntik, botol obat, bungkus obat dari alumunium foil, kapas, dan sebagainya. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit bisa dikembangkan lagi. Pengamatan bisa meluas tidak hanya satu bagian. Kamu bisa mengambil lebih banyak unit yang ada. Limbah medis yang dihasilkan dalam jumlah banyak setiap hari ini sudah memiliki standar pengelolaan. Rumah sakit harus dalam kondisi bersih karena fungsinya untuk membantu pengobatan dan perawatan pasien. Maka setiap sampah selalu dikumpulkan tiap pagi dan sore oleh petugas. Dimasukkan dalam polybag tertutup langsung dibawa ke tempat penampungan dan pengolahan lanjutan. Rumah sakit sudah memiliki unit khusus pengolahan limbah sehingga aman bagi lingkungan. Sementara ditampung di ruang khusus. Kemudian untuk limbang yang tidak dapat didaur ulang sendiri dan perlu dimusnahkan akan diambil oleh vendor. Rumah sakit sudah memiliki kerjasama dengan unit pengolahan limbah dari perusahaan lain. 7. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di jalan Jalan kompleks sekitar perumahan sulit sekali bersih dari sampah. Apa saja jenisnya bisa organik bisa anorganik. Baik berasal dari warga sekitar atau orang lain pengguna jalan. Selain itu juga daun kering dari pohon-pohon besar menambah kondisi makin tampak kotor. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah meski singkat namun sudah mewakili. Sesuai sebagai intro dari laporan selanjutnya yang membahas secara lebih detail mengenai kondisi jalanan kotor akibat sampah, seperti di bawah ini. Setiap rumah menyediakan tong sampah untuk tempat penampungan. Harusnya ini bisa dimanfaatkan para pengguna jalan. Tetapi pengguna jalan tidak semua berjalan kaki atau bersepeda melainkan menggunakan motor atau mobil. Sehingga pada saat akan membuang limbah seperti bungkus makanan, minuman, tisu, kertas hanya dilempar keluar. Padahal jalanan bukan tempat penampungan limbah. Meski arah pembuangan ke tepi jalan tetap saja mengganggu keasrian. Jalan kompleks tidak menggunakan jasa tenaga kebersihan hanya kesadaran masyarakat sendiri untuk menyapunya. Ini dilakukan setiap pagi hari untuk membersihkan jalanan dari kotoran berupa daun kering dan limbah dari pengguna jalan. Sebenarnya kondisi ini merugikan masyarakat. Tetapi karena tidak ada yang bisa dimintai pertanggungjawaban, maka dianggap biasa. Jadi resiko bagi penghuni kompleks sekaligus tanggung jawab untuk membersihkan. Tetapi saat siang hari kondisi kembali kotor karena sebab yang sama. Beruntungnya sampah tidak mengendap dalam waktu lama sehingga tidak mengundang binatang-binatang pengurai. 8. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di taman bermain Taman bermain juga merupakan fasilitas umum yang paling sering mudah kotor. Taman bermain milik swasta menyediakan tempat penampungan sampah di berbagai sudut. Selain itu juga ada petugas kebersihan yang rutin bekerja di pagi hari. Kenyataannya semakin siang semakin banyak pengunjung, tampak berbagai bungkus makanan berserakan. Mulai dari bahan plastik kantong, daun, kertas, sterofoam, cup dan gelas plastik. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di atas sudah masuk pada tahap permasalahan, bukan lagi umum. Selanjutnya lengkapi dengan permasalahan yang lebih rumit. Dan tetap tanpa kesimpulan karena hanya merupakan laporan. Tempat wisata adalah lokasi bersantai, kadang juga berfoto untuk update sosial media. Karena kondisinya tidak bersih dan rapi maka hasil foto tidak maksimal dan kurang estetik. Ini merugikan pengunjung, mengurangi kenyamanan. Belum lagi munculnya bau, datangnya lalat dan serangga pengurai. Namun kondisi ini seperti sudah dianggap wajar. Sebab tidak mungkin menegur satu persatu orang yang membuang sampah sembarangan. Selain buang sampah di jalan, pengunjung juga sering tidak dapat membedakan mana organik mana anorganik. Terbukti di tong sampah yang sudah ditandai masih tidak terpisah antara keduanya. Bercampur jadi satu antara limbah-limbah organik dan non-organik. 9. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di pusat perbelanjaan Pusat perbelanjaan tradisional tidak bisa dihindarkan dari yang namanya kotor, becek, sampah dan bau. Pengelola pasar sudah menyediakan bak khusus untuk menampung semua limbah tetapi masih saja banyak yang berceceran. Kondisi ini sudah melekat sebagai image pasar tradisional. Paling banyak adalah limbah dari buah-buahan, sayur-sayuran yang sudah busuk dan jatuh ke lantai. Bau tidak sedap sudah pasti mengganggu. Belum lagi binatang pengurai yang datang seperti larva, kecoa, lalat buah, tikus. Semakin membuat pemandangan tidak sedap. Limbah baru dibersihkan pagi hari atau menunggu waktu piket petugas. Dengan kata lain suasana dan pemandangan kotor akan berlangsung lama. Tidak heran jika banyak orang terutama anak kecil tidak betah lama-lama di dalam pasar. Berbeda kondisinya dengan pusat perbelanjaan modern. Suasana lebih bersih karena dikondisikan demikian supaya pengunjung nyaman. Tidak terlihat sampah berserakan di dalam ruangan. Sudah disediakan bak sampah di berbagai sudut ruangan. Kondisi lantai bersih dan ruang ber-AC menyebabkan pengunjung sungkan untuk buang sampah sembarangan. Selain itu juga diberlakukan larangan makan dan minum sambil jalan di area pusat perbelanjaan. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah diatas merupakan ulasan fakta lapangan dari 2 macam tempat. Satu merupakan fasilitas tradisional dengan peraturan yang tidak ketat. Satu lagi fasilitas modern dengan pengelolaan maksimal dalam hal kebersihan. 10. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di restaurant Restoran cepat saji lebih tertib masalah sampah. Sudah disediakan cabinet sendiri khusus untuk membuang sisa-sisa makanan dan bungkusnya. Tidak ada petugas membuang sampah dan merapikan tempat makan. Pengunjung secara mandiri akan merapikan meja dan membuang sisa makanan beserta bungkusnya pada cabinet yang sudah disediakan. Restoran cepat saji sudah sangat teratur dan ideal sebagai tempat makan, bahkan tidak ada bekas puntung rokok di meja pengunjung. Sedikit berbeda dengan restaurant tradisional atau warung-warung makan. Sisa makanan tidak dirapikan oleh pengunjung. Melainkan dibiarkan dan ditinggal saja di meja tempat makan sebelumnya. Sisa nasi, sayur, lauk, minuman tidak habis, tisu semua dibiarkan di atas meja. Sangat tidak estetik. Namun ini sudah jadi kebiasaan pengunjung warung dan dianggap wajar. Pemilik warung juga tidak merasa keberatan. Sangat bertolak belakang antara restoran cepat saji dan warung tradisional. Perbedaan keduanya bisa kamu jadikan pembanding dalam pengamatan. Selanjutnya bisa ditulis seperti contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah yang sudah ada. Klik dan dapatkan info kost di dekatmu Kost Jogja Harga Murah Kost Jakarta Harga Murah Kost Bandung Harga Murah Kost Denpasar Bali Harga Murah Kost Surabaya Harga Murah Kost Semarang Harga Murah Kost Malang Harga Murah Kost Solo Harga Murah Kost Bekasi Harga Murah Kost Medan Harga Murah
Sampahmerupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah dapat bersumber dari alam, manusia, konsumsi, nuklir, industri, dan pertambangan. Sampah di bumi akan terus bertambah selama masih ada kegiatan yang dilakukan oleh baik alam maupun manusia. Sampah yang dihasilkan di Indonesia mencapai 11.330 ton per hari. “LAPORAN HASIL PENELITIAN GEOGRAFI” Pencemaran Sampah di SMAN 1 Pasangkayu KELAS X IPA 3 Kelompok 4 Disusun oleh Intan ramadhani kahar putri SMAN 1 PASANGKAYU Tahun Pelajaran 2017/2018 KATA PENGANTAR Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam. Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan proposal ini yang merupakan tugas mata pelajaran Geografi. Penulis sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Guru pengampu mata pelajaran Geografi, Hilda, . dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan proposal ini. Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari. Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin. Pasangkayu , 28 Agustus 2017 Penulis Kelompok 4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................1 KATA PENGANTAR ..........................................................................................2 DAFTAR ISI ........................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4 Latar belakang masalah .....................................................................4 Rumusan masalah ..............................................................................4 Tujuan penelitian ...............................................................................4 Manfaat penelitian .............................................................................5 BAB II PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................6 Landasan Teori ..................................................................................6 Hasil penelitian ...................................................................................7 Pembahasan ........................................................................................9 BAB III PENUTUP .............................................................................................10 Kesimpulan ........................................................................................10 Saran ..................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah SMAN 1 Pasangkayu merupakan sekolah negeri yang berada tepatnya di Pasangkayu, Sulawesi barat. Sehubungan dengan topik yang kami ambil dalam penelitian ini yaitu “pencemaran sampah di SMAN 1 Pasangkayu” yang disebabkan oleh siswa SMAN 1 Pasangkayu, maka kami membuat proposal penelitian ini. Sampah merupakan hal yang sangat berpengaruh dan berdampak negatif bagi kesehatan serta kelangsungan proses belajar mengajar. Tumpukan sampah yang terdapat pada sudut-sudut sekolah membuat para siswa terganggu akan hal tersebut. Namun, meski sudah mengetahui hal ini para siswa dan pihak sekolah masih kurang kesadaran dalam menanggapi masalah tersebut. Dari latar belakang diatas maka masalah yang kami ambil adalah 1. Kenapa sampah dapat menyebabkan terjadinya pencemaran ? 2. Faktor apa saja yang menyebabkan pencemaran sampah ? 3. Bagaimana cara menanggulangi pencemaran tersebut ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui sampah dapat menjadi penyebab terjadinya pencemaran, kami meneliti disetiap sudut-sudut SMAN 1 Pasangkayu, dan disana banyak tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja sehingga membuat banyak serangga dan hewan liar seperti tikus berkumpul dan mencari makan di tumpukan tersebut. Dan tak jarang, tikus yang sering berkeliaran disana, Mati dan menimbulkan bau tak sedap juga menyengat. Hal ini tentu saja menjadi pencemaran udara. 2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menyebabkan pencemaran sampah, kami meneliti di bagian belakang kelas. Tepatnya di belakang kelas X IPA 3 sampai kelas X IPA 6. Ada sangat banyak sampah yang berserakan di sebabkan oleh siswa-siswi yang membuang sampah sembarangan dengan membuangnya melalui jendela belakang kelas. Sehingga bagian belakang kelas tercemar. Selain itu, setelah mereka menyapu sampah. Mereka tidak membuangnya di tempat pembuangan yang seharusnya melainkan hanya menumpuk sampah menjadi tumpukan sampah yang mencemari lingkungan. 3. Untuk mengetahui Bagaimana cara menanggulangi pencemaran tersebut, kami melakukan penelitian di tempat yang terkumpul banyak sampah. Dan kami mengusulkan agar pihak sekolah memberikan bantuan berupa pengangkut sampah agar siswa-siswi juga tidak begitu kesulitan untuk membuang sampah pada tempat pembuangan yang seharusnya. Manfaat Penelitian Dengan dibuatnya Proposal penelitian ini, kami sebagai siswa dan peneliti dapat membantu dan menanggulangi akibat dari pencemaran sampah di SMAN 1 Pasangkayu. Dan harapan kami kedepannya, tidak ada lagi pencemaran sampah di SMAN 1 Pasangkayu yang merupakan sekolah yang paling tersorot di Sulawesi barat ini. BAB II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Landasan Teori Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun – daun, plastik, kain bekas, karet dan lain – lain. Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Selain itu tradisi membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan yang demikian cepat, banjir juga mencemari sumber air permukaan karena pembusukan sampah tersebut. Jadi pada kenyataannya, sampah telah mencemari tanah, badan air dan udara dalam kota. Berdasarkan asalnya sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik sampah basah dan sampah an-organik sampah kering . Selain itu juga sampah dihasilkan dari beberapa sumber utama antara lain 1. Rumah tangga; Sampah domestik yang dihasilkan berupa sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik dsb. 2. Tempat perdagangan Seperti pasar, supermarket, toko, warung. Sampah yang dihasilkan berupa bahan dagangan yang rusak, buah, sayur, kertas, plastik, karton dsb. 3. Industri Sampah industri yang dihasilkan tergantung dari macam dan jumlah bahan. Industri sering kali membuang sampah disekitar pabrik, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Tentu saja yang demikian dapat meresahkan penduduk yang bertempat tinggal disekitarnya. Hasil Penelitian Sumber Gambar Gambar Pada gambar dan adalah salah satu contoh pencemaran sampah yang terdapat di sudut sekolah SMAN 1 Pasangkayu. Sampah dibuang dari dalam ke belakang kelas. Kemudian, karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah membuat siswa-siswi yang membersihkan daerah tersebut hanya menyapu sampah menjadi tumpukan sampah di sudut sekolah. Hal tersebut membuat tikus dan serangga berkumpul dan juga mati di kumpulan sampah tersebut. Hingga tak jarang bau tak sedap masuk ke dalam kelas melalui jendela belakang, membuat siswa terganggu karena bau tersebut. Sampah yang dibiarkan tertumpuk ini hampir tidak pernah di hilangkan. Biasanya siswa atau pun petugas kebersihan hanya membakar sampah yang tertumpuk itu, sehingga terjadi lagi pencemaran udara yang juga mengganggu proses belajar mengajar siswa SMAN 1 Pasangkayu dan juga menyisahkan sisa pembakaran. Sumber Gambar Gambar Kemudian pada gambar dan merupakan proses wawancara kelompok kami bersama salah satu siswa SMAN 1 Pasangkayu yang juga menyaksikan pencemaran yang ada di SMAN 1 Pasangkayu. Menurutnya pencemaran ini sudah terjadi cukup lama dan faktor penyebab terjadinya pencemaran ini adalah siswa-siswi yang sering membuang sampah sembarangan, karena faktor malas dan menurut mereka ada tempat pembuangan yang dirasa tidak jauh jendela belakang membuat mereka dengan senang hati membuang sampah sembarangan ke belakang kelas. Selain itu, sampah yang dibuang hanya disapu kemudian di tumpukkan, sehingga pada saat hujan, sampah yang tertumpuk itu menimbulkan bau yang tidak sedap. Pembahasan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat dibahas Sampah menjadi penyebab terjadinya pencemaran. Kenapa demikian ? Karena dari pengertiannya, yaitu Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun – daun, plastik, kain bekas, karet dan lain – lain. Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Jadi, dapat dikatakan bahwa sampah merupakan penyebab terjadinya pencemaran. Pembahasan selanjutnya adalah Faktor yang menyebabkan pencemaran sampah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Faktor penyebab terjadinya pencemaran sampah adalah siswa-siswi yang berada dilingkungan tersebut. Karena dari sekian banyak nya tempat pembuangan sampah. Tumpukan sampah banyak ditemukan di sudut-sudut sekolah seperti belakang kelas. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa tumpukan sampah yang terdapat dibelakang kelas tersebut disebabkan oleh siswa-siswi yang tidak bertanggung jawab dan membuang sampah sembarangan ke belakang kelas. Kemudian, pembahasan yang terakhir adalah bagaimana cara menanggulangi pencemaran tersebut. Setelah kami melakukan penelitian dan juga wawancara. Dapat kami usulkan cara menanggulangi pencemaran yang terjadi, yaitu dengan lebih memperhatikan lingkungan yang tercemar dan juga kepada pihak sekolah agar menyediakan fasilitas seperti pengangkut sampah sekolah, supaya siswa dapat lebih mudah untuk membersihkan tumpukan sampah yang sudah mencemari lingkungan SMAN 1 Pasangkayu. BAB III PENUTUP Kesimpulan Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sebagian besar siswa-siswi SMAN 1 Pasangkayu mengonsumsi produk yang kemudian menjadi sampah. Oleh karena itu, pencemaran sampah sangat sering terjadi. Untuk mencegah terjadinya pencemaran tersebut, siswa-siswi harusnya membiasakan membuang sampah pada tempatnya dan sampah-sampah yang telah menumpuk dibuang ke tempat pembuangan sampah yang tepat. Agar keindahan yang terdapat di SMAN 1 Pasangkayu tetap terjaga kelestariannya. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, maka Penulis dapat memberikan saran sebagai berikut 1. Kepada siswa-siswi SMAN 1 Pasangkayu agar lebih memperhatikan lingkungan sekolah terutama di sudut-sudut sekolah yang sudah dicemari oleh tumpukan sampah agar tidak terjadi lagi pencemaran sampah karena akan menimbulkan efek buruk bagi siswa-siswi saat mengikuti kegiatan belajar mengajar dan menghirup bau tak sedap dari sampah yang tertumpuk tersebut. 2. Kepada Pihak Sekolah yang bertanggung jawab atas kebersihan sekolah agar lebih memperhatikan lingkungan yang tercemar demi kesehatan siswa-siswi yang belajar. DAFTAR PUSTAKA Sumber dari Internet https// yjSu.
  • qq5zbv01ym.pages.dev/291
  • qq5zbv01ym.pages.dev/247
  • qq5zbv01ym.pages.dev/162
  • qq5zbv01ym.pages.dev/521
  • qq5zbv01ym.pages.dev/518
  • qq5zbv01ym.pages.dev/158
  • qq5zbv01ym.pages.dev/591
  • qq5zbv01ym.pages.dev/276
  • laporan hasil penelitian geografi tentang sampah